BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Situasi
sosial politik di suatu negara baik yang positif maupun negatif, tidaklah bisa
dilepaskan dari pengaruh berbagai gejolak yang terjadi di tingkat global
ditentukan oleh citra diri dan identitas bangsa itu sendiri yang mana
masing-masingbangsa di dunia sudah pasti memiliki citra diri dan identitas
masing-masing sehingga setiap pengaruh global yang diterima setiap bangsa dan
negarapun akan berbeda.
Era
globalisasi yang diboncengi neolibralisme dan modernisasi menuju
diiringi revolusi IPTEK. Dimana manusia akan terus akan mengalami revolusi tourti
(technologi,telekomunication,transportation,tourism) yang
memiliki globalizingforce yang dominan sehingga batas antar daerah dan
antar negara semakin kabul, yang mengakibatkan dunia tanpa batas yang
menganutaliran kebebasan, kebebasan dan kreatifitas, kebebasan berpendapat, dan
kebebasan berkreatifitas, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekpresi.
Hal
ini sangatlah berbahaya bila kita tidak memfilter serta membedakan mana budaya
asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil
masyaratIndonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya
global lebih cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata
dari pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya
berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda
yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi
iformatika dan komunikasi khususnya pada media masa. Globalisasi media dengan
segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran,
buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada
budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari
kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ke eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,
globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara
kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi
cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh
terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan
istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Jan Aart
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi
yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
1.
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas
antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun
migrasi.
3.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal
material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat
menjadi pengalaman seluruh dunia.
4.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan
semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
5.
Hubungan transplanetari
dan suprateritorialitas: Arti kelima ini
berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama,
masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian
yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar
gabungan negara-negara.
2.2. Pengaruh Globalisasi
terhadap Masyarakat
Globalisasi
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
1.
Pikiran
dalam Globalisasi
Unsur globalisasi yang sulit diterima masyarakat:
a. Teknologi yang rumit dan mahal.
b. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat:
1. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
2. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
3. Pendidikan formal di sekolah.
Unsur globalisasi yang sulit diterima masyarakat:
a. Teknologi yang rumit dan mahal.
b. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat:
1. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
2. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
3. Pendidikan formal di sekolah.
2.
Pengaruh
terhadap Globalisasi
Pengaruh positif :
Pengaruh positif :
1.
Dilihat
dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa
nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2.
Globalisasi
ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.
Globalisasi
sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh
negatif:
1.
Globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila
ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme
bangsa akan hilang.
2.
Globalisasi
aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita
terhadap bangsa Indonesia.
3.
Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama
warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa.
4.
Mengakibatkan
adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan
nasional bangsa.
Globalisasi telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia.
Tidak ada sekat yang menghalangi terjadinya komunikasi antarindividu.
Globalisasi juga telah menyuguhkan banyak informasi yang berasal dari negara
lain. Berbagai macam informasi mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Banyak
hal positif dari pertukaran arus informasi ini kita dapat. Namun juga tidak
sedikit hal yang negatif yang terkandung di dalamnya. Demikian juga lewat
televisi kita, banyak disuguhkan film-film asing. Umumnya kita merasa terhibur
apabila menonton film-film asing, seperti telenovela. Dengan demikian, kita
tidak kuasa menahan informasi dan pengaruh dari luar.
Bagaimana sikap kita terhadap globalisasi ini? Globalisasi bisa berdampak positif, bisa juga berdampak negatif. Kita harus pandai atau arif menyikapinya. Kita harus pandai-pandai dalam memilih informasi termasuk film-film dari luar. Informasi atau film dari luar yang baik (positif) kita ambil, sedangkan informasi atau film yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita (negative) kita buang. Tindakan atau Antisipasi pengaruh Negatif Globalisasi.
1.
Menumbuhkan
semangat nasionalisme yang tangguh, misalnya mencintai produk
dalam
negeri.
2.
Menanamkan
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
3.
Mewujudkan
supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti seadil-adilnya dan
sebenar-benarnya.
4.
Selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial
budaya bangsa.
2.3. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya di
Indonesia
1. Globalisasi Budaya
Globalisasi budaya meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi
dengan berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Globalisasi
juga merubah cara pandang sekolompok manusia maupun individu tentang pola
berperilaku, pola berpakaian, pola kerja, dan lain lain. Hal ini karena
masuknya pengaruh dari luar Indonesia. Sehingga saat ini, mayoritas penduduk
Indonesia mulai ikut-ikutan trend
asing. Salah satunya cara berbusana, tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa gaya berbusana di Indonesia sudah mengikuti trend barat.
Seperti yang kita ketahui bahwa dahulu Indonesia sangat sopan dalam berbusana,
akan tetapi pada saat ini sudah banyak pria maupun wanita menggunakan pakaian
ketat, celana di atas lutut, baju di atas pusar dsb. Hal tersebut menegaskan
bahwa kebudayaan di Indonesia telah terglobalisasi oleh pengaruh luar.
a.
Pengaruh Budaya Masyarakat Lain
Dalam
era globalisasi sekarang ini, pengaruh budaya masyarakat lain tidak dapat
dihindarkan lagi. Pengaruh tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.Kontak langsung dapat terjadi antarmasyarakat atau antarindividu.
Proses perubahan dalam kontak langsung meliputi akulturasi, asimilasi dan
difusi.
Kontak
tidak langsung dapat terjadi melalui alat-alat elektronik atau alat komunikasi
massa, seperti televise, radio, internet, film, majalah, dan surat kabar. Akan
tetapi, pengaruh dari kontak ini terhadap perubahan sosial-budaya belum
sepenuhnya benar. Misalnya, perubahan pola hidup akibat pengaruh televise. Jika
sebab-sebab perubahan sosial bersumber pada masyarakat lain, hal ini terjadi
karena kebudayaan dari masyarakat lain tersebut telah memberikan pengaruhnya.
Hubungan
yang dilakukan antara dua masyarakat yang berbeda memiliki kecenderungan
menimbulkan pengaruh timbal balik.Jika hubungan tersebut dilakukan melalui
saluran alat-alat komunikasi, ada kemungkinan pengaruh tersebut hanya datang
dari satu pihak saja, yaitu dari masyarakat pengguna alat-alat komunikasi yang
bersangkutan.Jika pengaruh dari masyarakat tersebut diterima dan tidak melalui
cara-cara paksaan, hasilnya dinamakan demonstration effect. Proses pengadaptasian suatu kebudayaan baru cenderung lebih kuat dan
lebih cepat sehingga budaya tradisional setiap masyarakat mulai ditinggalkan
tidak menutup kemungkinan akan dilupakan.
Berikut
merupakan proses-proses perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat.
1.
Akulturasi
Akulturasi adalah
pertemuan unsur-unsur dari berbagai kebudayaan yang berbeda yang diikuti dengan
pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau
lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi.
Biasanya ditandai dengan perubahan
budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat.Norma masyarakat yang sebelumnya
menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi tidak
dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada
orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.
Budaya atau kebiasaan pada masyarakat
seperti memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di
kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya Barat.
Memberi salam atau mencium tangan
orang tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang diperkenalkan budaya
Barat. Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan
etika dalam bermasyarakat.Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-Cipiki” dianggap
dosa bila dengan lawan jenis.
Akulturasi juga ditandai dengan
kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.Hal yang tidak biasa
dalam masyarakat kini telah menjadi lazim untuk dilakukan.Hal ini akibat
kebebasan yang diajarkan budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa
disertai tanggung jawab.
Akulturasi dapat terwujud melalu kontak
budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
a.
Kontak
sosial dapat terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau
bahkan antarindividu dalam dua masyarakat. Kehadiran teknologi misalnya, tentu
berbeda dengan kehadiran seorang ulama dan kehadiran seorang psikolog dengan
kehadiran seorang ahli ekonomi.
b.
Kontak
budaya dapat terjadi dalam suasana bersahabat atau suasana bermusuhan.
c.
Kontak budaya
dapat terjadi antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsure
budaya, baik dalam segi ekonomi, bahasa, teknologi, kemasyarakatan, agama,
kesenian maupun ilmu pengetahuan.
d.
Kontak budaya
dapat terjadi antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
e.
Kontak budaya
dapat terjadi dalam tiga wujud budaya, baik system budaya, system sosial,
maupun unsur-unsur budaya fisik.
Hasil proses akulturasi budaya lebih didasarkan
pada kekuatan setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka semakin cepat
memengaruhi budaya lainnya. Salah satu contoh menarik dari proses akulturasi di
Indonesia adalah yang terjadi di daerah transmigrasi.
2.
Asimilasi
Asimilasi adalah
suatu proses penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh suatu
masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Proses asimilasi dapat berjalan cepat maupun
lambat, tergantung pada berbagai faktor berikut.
a.
Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap menghargai,
membiarkan dan memberikan hak berkembang suatu pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri. Jika sikap toleran tinggi, maka akan
memmungkinkan proses asimilasi berjalan lancer tanpa hambatan. Sifat toleransi
juga dapat mempercepat berkembangnya proses globalisasi budaya di Indonesia.
b.
Ekonomi
Kedudukan ekonomi dalam suatu sistem sosial
dapat memengaruhi jalannya asimilasi. Sebagai contoh, jika dalam suatu
masyarakat terdapat kelompok ekonomi yang bermaksud menguasai kehidupan ekonomi
kelompok lain, asimilasi akan sulit dijalankan. Hal yang sama juga terjadi jika
dalam suatu kelompok masyarakat terjadi diskriminasi.
c.
Simpati
Simpati adalah keterlibatan perasaan dari satu
kelompok sosial budaya kepada kelompok budaya lainnya, didalamnya terkandung
aspek kepedulian atau keikutsertaan merasakan perasaan kelompok masyarakat
lain, yaitu perasaan senang, sedih, bangga, bahagia, maupun haru. Sifat simpati
ini dapat mempercepat proses globalisasi budaya, karena seseorang secara
sukarela akan merasakan perasaan suatu perasaan seseorang lainnya dalam kondisi
tertentu.
3.
Sikap
Meniru
a.
Meniru Perilaku yang Baru
Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya
dicontoh oleh kaum muda. Misalnya, perkelahian antarpelajar dan adegan-adegan
kekerasan lainnyaserta pelajar yang terintimidasi atau sering ejek dan diganggu
dalam sekolah, sifat tawuran dan saling mengejek Antara sesama pelajar di
Indonesia sudah sering terjadi belakangan ini, padahal kalau kita lihat pada
masa-masa lalu tidak ada yang namanya tawuran maupun saling mengejek Antara pelajar
di Indonesia.
b.
Meniru
Idola
Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh seperti aktris/aktor
atau penyanyi, pasti ingin sama persis menjadi seperti idolanya, setidaknya
dalam hal bergaya atau berpakaian. Cara berpakaian para aktris/aktor atau
penyanyi dari barat (luar Indonesia) sangat bertentangan dengan cara berpakaian
di Indonesia bahkan ada yang bahkan dianggap tak lazim bahkan mungkin dapat
dikatakan “gila”. Tapi semua itu seolah tak berarti dan tak diindahkan oleh
kaum muda di Indonesia, dan tetap diikuti.
c.
Cara Berpakaian
Barat yang identik dengan liberalism dengan kata lain penuh
kebebasan dalam berpakaian, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena tren
pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa
Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan
rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah. Padahal berpakaian seperti itu di
Indonesia sangat bertentangan dengan budaya dan
adat, apa lagi kalau di masukkan dalam peraturan agama islam yang
mengharuskan kita berpakaian sopan dan menutup semua aurat kita, jadi ini
sangat bertentangan dengan gaya berpakaian orang Indonesia.
4.
Sekularisme
Sekularisme adalah suatu system etik
yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama-wahyu atau
supranaturalisme. Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi
harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Dalam kajian
keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya di anggap sebagai sekular. Hal
ini di karenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga
karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu
saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam
sebagian dari negara-negara ini.
2.4. Globalisasi dan Pengaruhnya
dalam Pendidikan
Globalisasi didefinisikan sebagai
semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah
kelompok masyarakat global. Namun, pada kenyataannya globalisasi merupakan
penyatuan semu, karena nilai-nilai ekonomi, sosial, dan budaya didominasi
nilai-nilai yang sebenarnya asing bagi masyarakat dunia. Globalisasi sering
diterjemahkan “mendunia”. Suatu entitas, betapapun, dimanapun, kapanpun, dengan
cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, informasi,
produksi, pembangunan, pemberontakan, dan sebagainya, begitu disampaikan, saat
itu pula diketahui oleh semua orang di dunia. Kekuatan globalisasi menurut
analisis para ahli pada umumnya bertumpu pada 4 kekuatan global, yaitu:
1.
Kemajuan iptek terutama dalam bidang
informasi dan inovasi - inovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah
kehidupan manusia.
2.
Perdagangan bebas yang ditunjang oleh
kemajuan iptek.
3.
Kerjasama regional dan internasional
yang telah menyatukan kehidupan bersama dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas
negara.
4.
Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak
asasi manusia serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan
dengan itu semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam alam demokrasi.
Kemajuan iptek
yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak
tersendiri bagi dunia pendidikan.Sebagai contoh, berbagai jenjang pendidikan
mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
membuka program kelas internasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan
pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Inilah yang dimaksud
dengan globalisasi pendidikan.
Dampak positif
globalisasi pendidikan:
a.
Semakin mudahnya akses informasi.
b.
Globalisasi dalam pendidikan akan
menciptakan manusia yang professional dan berstandar Internasional dalam bidang
pendidikan.
c.
Globalisasi akan membawa dunia
pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.
d.
Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas dan mampu bersaing.
e.
Adanya perubahan struktur dan sistem
pendidikan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan karena
perkembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan akan sangat pesat.
Dampak negative globalisasi
pendidikan:
a.
Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai
oleh para pemilik modal.
b.
Dunia pendidikan akan sangat tergantung
pada teknologi, yang berdampak munculnya “tradisi serba instant”.
c.
Globalisasi akan melahirkan suatu
golongan-golongan didalam dunia pendidikan.
d.
Semakin terkikisnya kebudayaan akibat
masuknya budaya dari luar.
e.
Globalisasi mengakibatkan melonggarnya
kekuatan kontrol pendidikan oleh negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari
kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ke eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Pengaruh Globalisasi dapat dilihat dari berbagai segi yaitu
pengaruh globalisasi terhadap masyarakat, pengaruh globalisasi terhadap budaya
Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Indonesia, pengaruh
globalisasi terhap politik dan pengaruh globalisasi terhadap ekonomi. Yang
masing-masing mempunyai dampak positif dan dabmpak negative atas terjadinya
pengaruh globalisasi.
3.2
SARAN
Demikianlah
makalah yang mungkin masih memiliki banyak kekurangan ini kami selesaikan,
semoga masyarakat terutma bagi kalangan Guru maupun calon Guru dapat mengambil
ilmu dari makalah ini. Dimana penting sekali bagi kita untuk mengetahui
apa saja dampak dari pengaruh globalisasi bagi kehidupan kita. Agar kita dapat
mengambil tindakan tepat serta dapat menyikapinya dengan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Aliwardoyo, M Hasan. (2014). Dampak
Globalsasi di Bidang Sosial Budaya.
Hashemi, Nader. (2010). ISLAM, SEKULARISME, DAN DEMOKRASI LIBERAL. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudarsono, J., & Ruwiyanto, W. (1999). Reformasi sosial budaya dalam era globalisasi.
Supriatna, Nana., Mamat Ruhimat, & Kosim,. (2006). IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah). Bandung : PT Grafindo Media Pratama.
Hashemi, Nader. (2010). ISLAM, SEKULARISME, DAN DEMOKRASI LIBERAL. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudarsono, J., & Ruwiyanto, W. (1999). Reformasi sosial budaya dalam era globalisasi.
Supriatna, Nana., Mamat Ruhimat, & Kosim,. (2006). IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah). Bandung : PT Grafindo Media Pratama.
Winarno,
Budi. (2008). GLOBALISASI Peluang atau Ancaman bagi INDONESIA. Jakarta :
Penerbit Erlangga.