BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,
sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti
yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan
pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif
dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin
dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan
bangsa dan bukannya perpecahan.
Di
era informasi yang serba instan ini setiap masyarakat pasti membutuhkan pusat
informasi dan pengetahuan. Informasi pengetahuan dan teknologi didapat dari
sekolah yang merupakan lembaga pendidikan untuk melatih kompetensi siswa agar
mampu dapat bersaing dalam era informasi teknologi. Didalam menentukan pilihan
untuk menyekolahkan anaknya, setiap masyarakat menginginkan sekolah mempunyai
asset/modal pendidikan yang tetap yaitu tanah, bangunan, guru dan administrator
agar nantinya tidak hanya menghasilkan output/keluar secara kuantitas saja
namun dapat menghasilkan outcome/dampak yang dapat memberikan peranan yang
lebih bagi masyarakat sekitarnya. Sering kali kita berbicara berapi-api tentang
keinginan memiliki sekolah unggul namun pada praktiknya sekolah sebagai lembaga
pendidikan sudah merasa puas dengan kualitas yang sedang-sedang saja. Sehingga
peranan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dapat memberikan
kontribusinya perlu dikembangkan agar dapat mendukung sekolah untuk mampu tetap
konsisten dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswanya, tidak hanya
sedang-sedang saja namun lebih optimal. Tidak bosan-bosannya para pakar
pendidikan berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah, tidak hanya
pemerintah tetapi juga masyarakat mempunyai peranan yang cukup penting pula
dalam masalah peningkatan mutu pendidikan. Konsep manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah yang berorientasi pada peran serta masyarakat dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan mulai dikembangkan di sekolah-sekolah seiring
dengan berlakunya otonomi daerah yang menuju otonomi sekolah. Sekolah dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan
berusaha untuk mewujudkan sekolah unggul. Di dalam sekolah unggul mempunyai
pusat-pusat sumber daya yang memiliki sebuah pendidikan pra sekolah, sebuah
sekolah dasar, kelas-kelas dewasa, para dokter dan perawat, seorang
psikoterapis, seorang ahli pengobatan alami, kelas kebugaran, program
keterampilan asuh, pendeta, dan koran sendiri.
Kehidupan suatu
bangsa juga ditentukan oleh tingkat pendidikanya. Suatu bangsa yang
pendidikanya maju, tentu kehidupanya juga maju, demikian pula sebaliknya.
Misalnya, Malaysia tingkat pendidikanya maju, tentu kehidupanya maju pula.
Bangsa Indonesia tingkat pendidikanya kurang maju, tentu kehidupanya juga
kurang maju.[3]
Pendidikan dalam hal ini harus peka terhadap persoalan masa depan dan persoalan
ketidak adilan social, maka diperlukan visi yang sesuai dengan formasi social
agar pendidikan dapat diterjemahkan menurut realitas social.
Manajemen
berbasis sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan
yang dapat mengakomodasi keinginan masyarakat serta menjalin kerjasama yang
erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang, di mana
berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain
dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan
hidup dan keterampilan hidup. Prosesnya bersifat kompleks dikarenakan interaksi
di antara berbagai aspek tersebut, seperti guru, bahan ajar, fasilitas, kondisi
siswa, kondisi lingkungan, metode mengajar yang digunakan, tidak selamanya
memiliki sifat dan bentuk yang konsisten yang dapat dikendalikan. Hal ini
mengakibatkan penjelasan terhadap fenomena pendidikan bisa berbeda-beda baik
karena waktu, tempat maupun subjek yang terlibat dalam proses. Dalam proses
pendidikan tersebut diatas, kurikulum menempati posisi yang menentukan. lbarat
tubuh, kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan
seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus
dilaksanakan.
Proses-pendidikan
adalah mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak di masa depan, suatu masa
yang tidak mesti sama bahkan cenderung berbeda dengan masa kini. Berkaitan
dengan kurikulum, dimensi jangka panjang ini memberikan pemahaman bahwa suatu
kurikulum harus merupakan jembatan bagi peserta didik untuk dapat mengantarkan
dari kehidupan masa kini ke kehidupan masa depan. Peserta didik yang berada di
bangku sekolah dewasa ini dipersiapkan untuk dapat hidup secara layak dan
bermanfaat baik bagi diri, keluarga dan masyarakatnya pada abad XXI
B. Rumusan
Masalah
i. Pengertian
ii.
Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan
Masa Depan
iii. Ciri-ciri
Pengembangan Pendidikan Masa Depan
iv. Syarat-Syarat
Pengembangan Pendidikan Masa Depan
v.
Implementasi Pengembangan Pendidikan
Masa Depan
C. Tujuan
i.
Pengertian
ii. Faktor
Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan
iii.
Ciri-ciri Pengembangan Pendidikan Masa Depan
iv.
Syarat-Syarat Pengembangan Pendidikan Masa Depan
v. Implementasi Pengembangan Pendidikan Masa
Depan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan (menjadikan maju yaitu baik dan sempurna) atau pemerintah
yang selalu berusaha dan pembangunan secara bertahap dan teratur yg menjurus ke
sasaran yg dikehendaki. (KBBI).
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang
ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat
kita dewasa nanti. (J.J. Rousseau).
Menurut
Juhn Dewey, Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mendapatkan pengalaman
dan mengembangkan potensi diri dengan proses pembelajaran sepanjang hidup.
Masa Depan adalah
gambaran tentang kehidupan kita pada beberapa kurun waktu ke depan.
Jadi Pengembangan
Pendidikan Masa Depan adalah proses, cara, atau perbuatan untuk menjadi
maju dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk kehidupan dikurun waktu
yang akan datang.
B. Faktor
Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan
Pendidikian merupakan penggerak utama (before
to move) bagi pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang
pembangunan yang telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi
diri mereka. Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara
maju (developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada
masa lampau sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini,
sudah barang tentu akan berhasil pula mengantarkan negaranegara yang sedang
berkembang mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah dicapai
negara-negara maju.
- Empat pilar pendidikan :
- Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
- Belajar untuk berbuat (Learning to do)
- Belajar untuk hidup bersama (Learning to life together)
- Belajar untuk menjadi diri sendiri (Lerning to be)
C. Ciri-ciri
Pendidikan Masa Depan
1. Berfokus pada pemupukan potensi unggul
setiap peserta didik.
2. Keseimbangan beragam kecerdasan (intelektual,
emosional, sosial, spritual, kinestetis, dst.)
3.
Mengajarkan life skills.
4.
Sistem penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa.
5. Pembelajaran
berbasis kehidupan nyata dan praktik di lapangan.
6. Guru
lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar peserta didik
mengembangkan minatnya masing-masing.
7. Pembelajaran
didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan perkembangan psikologis anak
masing-masing.
Untuk bisa mengikuti perkembangan
zaman dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki
ciri, sebagai berikut.
1. Peserta didik secara aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.
2. Peserta didik secara aktif
terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3. Penguasaan materi dan juga
mengembangkan karakter peserta didik (life-long learning).
4. Penggunaan multimedia.
5. Guru sebagai fasilitator,
evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6. Terpadu dan berkesinambungan.
7. Menekankan pada pengembangan
pengethuan. Kesalahan menunjukkan proses belajar dan dapat digunakan sebagai
salah satu sumber belajar.
8. Iklim yang tercipta lebih
bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9. Peserta didik dan guru belajar
bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.
10. Penekanan pada pencapaian target
kompetensi dan keterampilan.
11. Pemanfaatan berbagai sumber
belajar yang ada di sekitar.
Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang diuraikan sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang harus ditanamkan pada pebelajar. Keterampilan tersebut, antara lain :
1. Keterampilan Penelitian
2. Keterampilan Komunikasi
3. Keterampilan Berpikir
4. Keterampilan Sosial
5. Keterampilan Mengatur diri
sendiri
6. Keterampilan Hidup
Sehingga pada akhir pembelajaran
suatu jenjang pendidikan setiap pebelajar bisa menjadi seperti yang diungkapkan
oleh Ken Kay, President Partnership for 21st Century Skills, antara lain :
• Pemikir yang kritis
• Seorang penyelesai masalah
• Seorang inovator
• Dapat berkomunikasi secara efektif
• Dapat berkolaborasi secara efektif
• Dapat mengarahkan diri sendiri
• Paham akan informasi dan media
• Paham dan sadar akan masalah
global
• Memikirkan kepentingan umum
• Terampil dalam keuangan, ekonomi
dan kewirausahaan
Dengan demikian pendidikan akan
membawa angin segar bagi seluruh umat manusia. Satu hal yang perlu kita pahami
melalui ungkapan McKenzie, yaitu “untuk mendidik dan menghasilkan orang dewasa
yang tidak sekedar menjadi penduduk dunia namun juga mencoba untuk menciptakan
dunia masa depan yang cocok untuk semua penduduknya”. Inilah sebenarnya yang
diharapkan. Mudahan apa yang diharapkan ini bisa terwujud dengan cepat.
D. Syarat-Syarat
Pendidikan Masa Depan
1.
Materi Pendidikan Masa Depan
2. Global
Awareness (kesadaran global)
3.
Keterampilan dalam keuangan,
ekonomi, bisnis dan kewirausahaan
4.
Pemikiran untuk kepentingan umum
5.
Kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan
E. Implementasi Pengembangan Pendidikan Masa
Depan
1. Sekolah
Masa Depan
Untuk
membiayai perlengkapan teknologi sering menjadi kendala sehingga beban untuk
pendidikan semakin berat terutama penyelenggara pemerintah setempat. Tetapi
kebanyakan pemerintahan setempat tidak mempunyai cara untuk mendapatkan dana
ekstra untuk pengeluaran tersebut. Ujung-ujungnya yang miskin menjadi semakin
miskin dan yang kaya semakin kaya, sehingga terjadi kesenjangan antara
pendidikan di sekolah-sekolah favorit dan sekolah-sekolah yang berfasilitas
kurang.
Perubahan paradigma baru mengenai
sekolah dimana sekolah dalam peradaban yang semakin tinggi diperlukan informasi
teknologi yang memadai agar tidak tertinggal jauh dan dapat bersaing dalam era
global yang mengalami perubahan sangat cepat.
Berikut ini dibahas studi
keefektifan sekolah masa depan:
1. Teknologi Informasi dalam Dunia
Pendidikan.
Masa depan para guru dan siswa pada era
teknologi yang tinggi tidak lagi dibatasi waktu dan ruang kelas yang terdapat
dilembaga pendidikan namun guru dan siswa sudah dihubungkan dengan sebuah
jaringan komputer dan Net. Begitu pulang kalau para siswanya ingin konsultasi
dengan sang guru dapat mereka lakukan lewat net. Sekolah-sekolah bahkan dapat
mendirikan ruang kelas maya bagi para siswa untuk memecahkan masalah masalah
mereka atau untuk mengeksplorasi pelajaran yang berbeda beda, yang menarik
mereka. Para guru dan siswa dari berbagai kelas dan tingkatan dapat bergabung
dalam diskusi diruang kelas maya ini. Pembelajaran menjadi tak terbatas dalam
ruang dan waktu. Pembelajaran jarak jauh dan pengajaran lewat internet dapat
dilakukan dengan efektif sehingga siswa pergi ke sekolah memberi kemungkinan
tidak hanya mendapat pengetahuan dan proses sosialisasi yang tidak dapat
diperoleh dalam pembelajaran lewat internet. Komputer tidak dapat mengambil
seluruh fungsi sekolah namun dalam penyebaran teknologi informasi, dapat
bergeser dari pembelajaran bersama yang disentralisasikan menjadi pembelajaran
yang diindividualkan, yang di desentralisasikan.
2. Pembelajaran Pendidikan dan
Pengetahuan di Rumah.
Pada
masa depan nanti menurut Wen (2003:93) ada orang yang akan kembali ke zaman
ketika mereka kebanyakan diajar di rumah. Orang tua memikirkan dan
mempertimbangkan bahwa anaknya lebih baik dididik dengan cara lain seperti
diajari di rumah atau berpartisipasi dalam kelompok–kelompok pendidikan kecil
secara privat. Tingkat pencapaian dapat dipantau dengan uji publik.
3. Pembelajaran Pendidikan dan
Pengetahuan yang bersifat keterampilan khusus. Sekolah masa depan akan berubah
dari sekolah dengan maksud umum menjadi sekolah dengan maksud khusus. Yang
diajarkan sekolah di masa lalu adalah pengetahuan umum, tetapi sekolah masa
depan mungkin akan menjadi pusat pelatihan dalam ketrampilan atau pembelajaran
khusus, sehingga siswa dapat menganggap di mana-mana adalah sekolahku dan semua
orang adalah guruku.
4. Sekolah yang direformasikan.
Di
masa depan sekolah-sekolah yang baik bisa berkembang tanpa batas.
Sekolah-sekolah yang rendah kualitasnya akan tersingkirkan karena kurangnya
siswa. Sekarang sekolah-sekolah masih terbatas pada ruang kampus dan
tersedianya guru. Mereka hanya dapat menampung siswa hingga jumlah tertentu,
tetapi dengan Net sebuah sekolah yang semula hanya dapat menampung beberapa
ribu siswa bisa menjadi sebuah sekolah besar dengan beberapa juta siswa, hal
ini bukannya mustahil.
Menurut
Mortimore (1991) faktor yang sensitif dalam perkembangan manajemen siswa dan
guru di sekolah, keterlibatan siswa, lingkungan yang kondusif dan iklim sekolah
positip, merupakan hal yang penting diidentifikasi. Sebuah contoh kongkret,
seorang kepala sekolah harus melakukan pengecekan secara langsung ke bawah di
mana ditemukan outcomes siswa sangat rendah dan guru-guru kurang perhatian.
Orang tua wali murid sangat vokal dan kritis serta komunitas yang menginginkan
perubahan ke arah kebaikan siswa dan staff. Dalam hal ini diperlukan strategi
manajemen dan kemampuan dari seorang kepala sekolah menjadikan sekolah tersebut
sebuah model sekolah yang efektif.
Untuk menjadikan sekolah efektif
diperlukan pilihan suatu proses perkembangan secara cepat untuk melakukan
perubahan setelah pengecekan langsung ke bawah. Di Inggris misalnya sekolah
dipercaya untuk :
1) Membuat Pengantar Kurikulum
Nasional dengan keputusan yang penting dalam pembuatan program individu siswa.
2) Mengoperasikan sistem manajemen
lokal sekolah dengan pelatihan ilmu manajemen yang berbasis sekolah.
3) Kompetensi siswa yang rendah
dikembangkan menjadi lebih optimal (Mortimore,1991:159). Untuk perkembangan
masa depan sekolah diperlukan sebuah bentuk model keluaran sekolah.
Spesifikasi sebuah model sekolah
yang penting adalah:
1) Membuat siswa dalam
kelompok-kelompok besar dan khusus dengan melakukan control secara optimal.
2) Pembagian waktu secara
proporsional yang lebih besar.
3) Pemberian pengetahuan setiap hari
dimulai dengan bel atau sirene.
4) Keputusan untuk memilih kepala
sekolah, merupakan hal penting membawa output dari sekolah menjadi lebih baik,
teknik formal yang biasanya ditempuh yaitu lewat testing. (Mortimore,1991:162).
2.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif
Dalam pengelolaan sekolah peran
kepala sekolah sangat menonjol. Bukti bahwa peran tersebut sangat kuat, hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan kepala sekolah yang baik, sangat besar
sumbangannya terhadap sekolah yang efektif. Menurut Standfield dkk (dalam
Mudjiarto, 2001: 12) berdasarkan hasil penelitian dari pola sekolah yang
efektif kepala sekolah dipandang sebagai “Ksatria” yang menyelamatkan anak-anak
dengan memberikan pendidikan yang efektif. Perubahan perbaikan dari prestasi
rendah, disiplin yang tak terwujud dan moral staf yang kurang baik diharapkan
menjadi lebih baik, dengan pendekatan terhadap perbaikan pengajaran dalam empat
aspek yaitu: disiplin, prestasi, sikap dan kepribadian. Semua aspek tersebut
ditumbuhkan dengan berdasarkan pada harapan-harapan yang tinggi, terciptanya
suasana emosi yang positip, pelaksana supervisi yang obyektif, dan penggunaan
teknik kepemimpinan yang sesuai oleh kepala sekolah. Untuk mencapai itu
dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat harapan yang tinggi yang
disuarakan oleh seluruh warga sekolah, iklim belajar di sekolah yang teratur,
penekanan yang kuat pada ketrampilan-ketrampilan dasar mengajar, evaluasi yang
sering diadakan serta pemantauan terhadap kemajuan siswa secara kontinyu.
(Mujiarto, 2001: 13-14).
Dalam pelaksanaannya, keberhasilan
kepemimpinan kepala sekolah sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :
1. Kepribadian yang kuat, percaya
diri, berani, bersemangat murah hati, dan memilih kepekaan sosial.
2. Memahami tujuan pendidikan dengan
baik.
3. Pengetahuan yang luas.
4. Keterampilan profesional (tehnis,
hubungan kemanusiaan, konseptual).
5. Memiliki prinsip kepemimpinan
yang baik yaitu konstruktif, kreatif, partisipatif, kooperatif, delegatif,
integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, adaptasi dan
fleksibel. (Depdiknas, 2000: 12-13).
Selain itu diperlukan penampilan dan
kinerja yang baik dari kepala sekolah. Menurut Wahyosumidjo (2002: 433)
kepemimpinan kepala sekolah diperlu-kan kekuatan pendorong sehingga anak buah
selalu mengikuti apa yang diinginkannya dan sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: kewibawaan (power), sifat-sifat dan ketrampilan, perilaku
(behaviour) serta
fleksibilitas pemimpin.
3. Guru
Masa Depan
Untuk
memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa di sekolah yang baik dibutuhkan guru yang
memenuhi syarat kualifikasi yang tinggi dan mampu menghadapi banyak perubahan
dalam pendidikan masa depan dan membimbing para siswanya dengan lancar di abad
baru ini.
Peran Guru di Masa Lalu, Zaman
Sekarang, dan Masa Depan
Peran
guru di masa lalu sangat mempengaruhi pola pikir, cara pandang dan perilaku
seumur hidup siswanya dan sangat dihormati serta dianggap orang terpenting
kedua setelah orang tua, namun di jaman sekarang perkembangan guru mulai jatuh
dan mengenaskan, ini karena selama beberapa puluh tahun terakhir menganggap
guru sebagai tenaga kerja murahan untuk meneruskan
pengetahuan. Ada anggapan bahwa apa
yang diajarkan tidak sesuai dengan muatan ujian sehingga guru les privat
menjadi populer karena mengkompensasi apa yang kurang diajarkan guru di sekolah
dan sesuai dengan muatan ujian.
Peranan guru di masa depan dapat
ditingkatkan dengan penggunaan teknologi komputer, peran guru semakin nyata,
pengetahuan informasi teknologi dapat dikembangkan secara maksimal dan
membimbing kurikulum. Guru dituntut kreatif yang mampu memenuhi kebutuhan orang
lain, mempunyai kompetensi-kompetensi inti dan kemampuan-kemampuan khusus.
Peran guru di masa depan mencakup bimbingan kurikulum, mengevaluasi kemajuan
pembelajaran, bimbingan dalam seni menjalani kehidupan, konseling dalam
perencanaan kehidupan dan pengembangan kreativitas serta potensi.
2. Kemampuan-kemampuan Penting Guru
di Masa Depan
a. Ketrampilan berkomunikasi.
b. Ketrampilan computer.
c. Memberikan Pengaruh Positip (Wen
,2003: 99-118).
Keefektifan dan kemampuan guru
merupakan salah satu karakteristik yang berpengaruh pada prestasi akademik
siswa di sekolah dimana semakin efektif dan kemampuan tinggi guru melakukan
tugas maka akan semakin tinggi prestasi akademik siswa (Mujiarto, 2001: 53). Di
PBM guru sangat menentukan kualitas lulusan, namun perlu kebersamaan dalam
unsure komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru administratif serta
keterlibatan orang tua guna mendukung keberhasilan anak didik.
4. Peran Orang Tua dalam
Pendidikan
Di dalam pendidikan anak-anak
seharusnya mempunyai kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang akan
dipelajari apakah mereka mengejar studi akademik ataukah hanya sampai pada
sekolah menengah. Sama dengan pengembangan pengetahuan, kalau seseorang anak
ingin meningkatkan cadangan pengetahuannya, ia bisa terus belajar, kalau ia
merasa cukup pengetahuannya dan ingin bekerja seharusnya mereka diizinkan untuk
bekerja. Namun orang tua harus mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang anak untuk masa depan yaitu:
pertama mengenal sebanyak mungkin
kemampuan berbahasa, yang nantinya berhubungan dengan orang lain. Di masa depan
apabila tidak mengenal bahasa asing maka akan memiliki daya saing yang
terkikis. Kemampuan dasar yang kedua yaitu pertimbangan. Pendidikan pengetahuan
dapat
diefektifkan dengan bantuan
komputer. Hanya pertimbangan yang baiklah maka dapat mencegah seorang anak
kehilangan arah dan teguh terhadap prinsip-prinsip yang dipegang seandainya
dilingkungan yang tidak sehat. Peranan orang tua dalam pendidikan diantaranya :
1. Pembelajaran mandiri bagi anak
maupun orang tua sendiri setelah anak besar.
2. Mengubah peranan dari melindungi
menjadi penolong.
3. Mengubah anggapan bahwa anak
lemah (Wen , 2003: 119-126).
Menurut Mudjiarto (2001: 74) peranan
orangtua perlu dilibatkan dalam kegiatan sekolah termasuk dukungan orangtua
terhadap program dan tujuan yang ingin dicapai sekolah secara konsisten.
Pengontrolan anak dapat lebih ketat dan disiplin dalam keaktifan dalam
mengikuti PBM. Pelibatan orangtua tidak hanya bersifat bantuan dana saja namun
program dan perencanaan partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang
baik antara sekolah dan orangtua.
Keberanian sekolah dibutuhkan untuk
menggugah orangtua agar perlu memperhatikan sekolah anaknya dan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswanya.
5. Perubahan dalam
Pendidikan
Kualitas Pendidikan
Di jaman yang berbeda dimana
tuntutan terhadap kebutuhan semakin berkembang apalagi kita telah memasuki
zaman internet dimana dapat membebaskan kualitas-kualitas khusus individual
yang seringkali tertindas di zaman industri. Dalam era industri dituntut
standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual.
1. Pendidikan yang berorientasi pada
pengetahuan dikembangkan ke segala arah yang seimbang. Di antara banyaknya
teori tentang pendidikan ada dua teori yang selalu bertentangan. Ada aliran
pendidikan yang menekankan bahwa apapun yang dipelajari seseorang di sekolahnya
harus bermanfaat bagi masyarakat nantinya. Maka pendidikan harus praktis, yang
dipelajari harus diterapkan dengan baik. Aliran yang lain justru melihat
sasaran pendidikan sebagai media pengembangan potensi manusia sepenuhnya,
terlepas dari nilai manfaatnya bagi masyarakat di masa depan. Keterbatasan
terbesar dalam pendidikan sekarang adalah kurikulumnya. Siswa harus mempelajari
semua pelajaran yang ditetapkan, tanpa memperhitungkan disukai atau tidak oleh
siswa. Bahkan ada siswa yang dipaksa untuk melakukan sesuatu yang bukan
bidangnya sehingga ia tidak mau mempelajarinya.
2. Pembelajaran bersama yang
disentralisasikan menjadi pembelajaran individual yang didesentralisasikan. Dalam
kebanyakan sistim pendidikan di dunia sekarang ini, fasilitas-fasilitas
perangkat keras dibangun terlebih dahulu dan para guru direkrut, sebelum siswa
dari berbagai tempat dikumpulkan di sekolah untuk mengikuti pelajaran. Ini
disebut pembelajaran yang disentralisasikan. Di masa depan ketika teknologi
komputer sudah mencapai tingkatan tertentu para siswa tidak lagi berkumpul di
sekolah, cukup dengan tinggal di rumah dengan menggunakan akses internet mereka
mengikuti pelajaran, sehingga guru dapat menghemat energi dan waktu untuk
menertibkan siswa. Namun diperlukan kesadaran orang tua untuk di setiap rumah
memiliki sebuah fasilitas komputer dan internet serta biaya akses internet
sehingga pembelajaran dapat dilakukan setiap saat dan tergantung minat dari
siswanya. Sedangkan jumlahnya siswanya tidak terbatas ratusan namun bisa ribuan
atau jutaan dengan mengakses lewat internet. Inilah yang disebut pembelajaran
individual yang didesentralisasikan.
3. Pembelajaran yang terbatas pada
tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Sekarang ini di Indonesia
terdapat pendidikan wajib belajar sembilan tahun yaitu 6 tahun berada di
sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah menegah tingkat pertama dan setelah tamat
melanjutkan ke SLTA lalu ke perguruan tinggi. Kemudian setelah lulus bekerja di
masyarakat sampai akhirnya pensiun. Kalau kita hitung jenjang pendidikan
sekitar 12-17 tahun, apakah sudah cukup padahal perubahan di masyarakat sangat
cepat? Pengetahuan yang diperoleh sudah tidak memadai untuk sisa penghidupan
mereka, sehingga apa yang kita pelajari bisa menjadi usang oleh karena itu kita
harus senantiasa belajar hal-hal baru kalau tidak kita menghadapi risiko
tersingkir dari pasar kerja.
4. Pengakuan diploma menjadi
pengakuan kekuatan nyata.
.... Di
masyarakat sekarang ini dapatlah dikatakan bahwa yang terpenting adalah diploma
atau gelar. Di dalam dunia kerja sering kali gelar dijadikan standar untuk
mengukur kemampuan seseorang, namun kenyataan di dalam dunia kerja tidak hanya
memperhitungkan hal tersebut, tetapi juga memperhitungkan universitas dan
fakultas apa ia belajar, dan apakah penuh waktu atau paruh waktu. Seringkali
kita keliru dalam penentuan kemampuan, misalnya seseorang hanya lulusan sekolah
menengah tetapi kemampuannya sama dengan yang memperoleh gelar. Seseorang dapat
diketahui kemampuannya apabila diuji dengan kefasihan Bahasa Inggris dan
kemampuan
komputer sehingga dapat diketahui kompetensi nyata seseorang, ketimbang
mengandalkan diploma atau gelar (Wen, 2003: 63-85).
6. Strategi
Pengembangan Pendidikan Masa Depan
Untuk membekali terjadinya pergeseran
orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya
manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara lain:
1. Mengedepankan model perencanaan
pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan
karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
2. Peran pemerintah bukan
sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam pendidikan, namun pemerintah
hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
3. Penguatan fokus pendidikan,
yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan
stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.
4. Pemanfaatan sumber
luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar)
yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan,
perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.
5. Memperkuat kolaborasi
dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah
mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar
negeri.
6. Menciptakan soft
image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai
masyarakat belajar seumur hidup.
7. Pemanfaatan teknologi
informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal,
informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam
mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal;
penggunaan internet, multi media
pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)
7. Model Pendidikan Abad
XXI
1. Life Skill
a.
Kepemimpinan
b. Etika
c. Akuntabilitas (dpt dimintai pertanggung
jawaban)
d. Kemampuan beradaptasi
e. Produktifitas individu
f. Tanggungjawab individu
g. Keterampilan personal
h. Arah/tujuan hidup pribadi
i. Tanggungjawab sosia
2. Materi Pendidikan Abad 21
a.
Global Awareness (kesadaran global)
b.
Keterampilan dalam keuangan, ekonomi, bisnis dan
kewirausahaan.
c.
Pemikiran untuk kepentingan umum
d.
Kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan
3. Keterampilan Berfikir dan Belajar
a.
Berpikir kritis dan keterampilan mencari solusi.
b.
Kreatifitas dan keterampilan inovasi.
c.
Keterampilan komunikasi dan informasi.
d.
Keterampilan untuk berkolaborasi.
e.
Pendidikan kontektual.
f.
Keterampilan informasi dan media.
4.
Pemahaman Informasi dan Teknologi
a.
Berpikir kritis dan keterampilan mencari solusi
b.
Kreatifitas dan keterampilan inovasi
c.
Keterampilan komunikasi dan informasi
d.
Keterampilan untuk berkolaborasi
e.
Pendidikan kontekstual
f.
Keterampilan informasi dan media
8. Perubahan
dalam Pendidikan
1. Peran
Guru
Guru tidak lagi memberikan
informasi dalam bentuk ceramah dan buku teks. Guru akan berperan sebagai
fasilitator, tutor dan sekaligus pembelajar.
2. Peran
Siswa
Siswa tidak perlu lagi menjadi
pengingat fakta dan prinsip tapi akan berperan sebagai periset, problem-solver,
dan pembuat strategi.
3. Peran
Materi Pendidikan
Materi tidak lagi berbentuk
informasi dalam bidang studi terlepas tapi siswa akan mempelajari hubungan
antar informasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan berjalan sepang h ayat masyarakat,
dengan menekankan sikap kreatif, kritis, tanggap terhadap permasalahan
lingkungan dan memiliki nilai moral yang tinggi. Selain itu pendidikan tidak
terlepas dari kultur bangsa sebagai karakter, dan tentunya adan ya kesesuaian
antara tujuan pendidikan dan kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan di
masyarakat.
Pemerintah sebagai salah satu tonggak pelaksanaan pendidikan sudah menjadi
kewajiban ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelayanan pendidikan sebagaimana
tercantum dalam UU Dasar 45 yaitu mencerdask an kehidupan bangsa. Pendidikan di
Indonesia untuk masa depan selain mengedepankan aspek intelektualitas juga
menekankan aspek kesadaran moral sebagai
penyeimbang tatkala seorang peserta didik berinteraksi langsung baik dengan
pendidik atau masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad
21. Yogyakarta: Safiria Insania Press. 2003.
Depdiknas, 2000: 12-13.prinsip kepemimpinan yang baik
Wen Sayling, 2003. Future Of Education,
Masa Depan Pendidikan. Batam: Lucky Publisher
Mudjiarto, 2001. Sekolah Unggul,
Surabaya: IKAPI Duta Graha Pustaka
Mortimore, Peter. 1991. Issue in Scholl Efectiveness: Chapter 8
Wahyosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala
Sekolah . Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar